Da aku mah apa atuh (Jatuh itu, mudah)

(Tapi sayang, aku hanyalah sebutir pasir diantara milyaran pasir pantai yang lain. Yang ketika kamu datang, dapat dapat pilih pasir mana yang akan kamu buat istana, atau hanya sekedar untuk mainan. Dan bagian pasir yang lain kau tau? mungkin ia mendapat bagian terinjak oleh kaki. -Da aku mah apa atuh-)

Malam ini cerah ya, tidak ada gerimis, tidak ada rasa khawatir akan hawa dingin yang memaksa kedua bola mata meredup. Tidak ada, hujan.

Hujan, tanda bahwa tahun akan segera berakhir. Hujan, bukankah sesuatu yang kamu suka?

Aku suka banget sama hujan din..

Yah, bahkan aku masih mengingat kata itu. Jika kamu tau, bahkan aku masih hafal betul setiap detail kata saat pertama kali kita menikmati malam tanpa embel-embel aktivitas yang tanpa sengaja mempertemukan kita.

Kamu suka hujan, tapi sayang, kita dipertemukan Tuhan saat musim kemarau. Saat hatimu (mungkin) sedang kering dan butuh mata air untuk mempertahankan bongkahannya agar tidak pecah. Kita, tidak dipertemukan pada musim yang kamu suka.

Masa lalu memang selalu indah dikenang ya. Minggu lalu bisa disebut masa lalu. Kemarin, satu jam yang lalu, dua detik yang lalu, semuanya adalah masa lalu. Dan aku merasakan keindahan tersendiri saat 'masa lalu' itu adalah kita. Saat aku dan kamu berada dalam satu kisah yang entanlah, bagiku tidak dapat diungkapkan untuk saat ini.

Jika kamu tau, butuh keyakinan untuk memulai sesuatu yang baru. Dan andai saja kamu tau, keyakinan bisa nampak begitu saja kokoh dalam waktu kurang dari tiga jam. Hanya dari kisah-kisah sederhana. Yah, sesederhana pemikiran bahwa "apakah aku terlalu cerewet?"

Sejak saat itulah, kamu membuatku paham akan satu hal, bahwa "jatuh itu mudah". Tak perlu waktu lama, satu bulan, satu tahun atau berapa ratus kali dua puluh empat jam. Cukup dalam tempo sekali duduk bersama, aku dapat merasakan bahwa jatuh itu mudah.

Komentar