Tjatatan 3: Belajar menjalani hidup seperti pemain sepak bola

Menerapkan filosofi hidup seperti pemain sepak bola sepertinya cukup membantu meredakan kecemasan bagi orang sepertiku yang cenderung perfeksionis, selalu ragu-ragu dan khawatir berlebih dalam menyelesaikan masalah. Tujuan hidup yang makin kesini makin bermuara pada ‘pengakuan untuk dianggap baik’ begitu membuat tertekan, sehingga membuat kaum pengecut sepertiku pada akhirnya lebih memilih lari dari masalah ketimbang menyelesikan apa yang sudah dimulai dari awal dengan tujuan yang sejatinya tidak jelas tadi (pengakuan).

Dalam menjalani kehidupan, nampaknya harus banyak belajar dari pemain sepak bola. Kadang aku berpikir, kenapa mereka mau menjadi atlet sepak bola? Yang karirnya sudah dimulai sejak usia dini, menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja mereka untuk latihan, latihan, turnamen, turnamen. Sedangkan, paling mentok akan dipakai bermain ya di umur 30an. Hanya sekelas legend seperti Ronaldo atau Messi yang tetap masih dimainkan dan diandalkan meski usia hampir 40 tahun. Lalu bagaimana karir mereka setelah pensiun? Yang sebenarnya masih terhitung usia produktif pada beberapa mayoritas bidang pekerjaan, sebut saja seperti batas minimal capres dan cawapres yang tadinya mensyaratkan usia 40 tahun (hehe). Belum lagi resiko cedera berat yang bisa berujung pada kondisi abnormal.

Jawabannya adalah karena mereka mencintai sepak bola. Seperti Tsubasa yang sejak awal episode filmnya digambarkan begitu menyukai sepak bola dengan mengusung prinsip “bola adalah teman”. Kemanapun membawa bola, ke sekolah menggiring bola. Cita-cita dan tujuan hidupnya lahir dari apa yang ia sukai. Ya, begitulah pemain sepak bola, mereka memilih jalan hidupnya, apapun resikonya, karena mereka cinta. Mungkin bagi mereka, sepak bola bukan pekerjaan, tapi ‘permainan yang harus dinikmati’.

Prinsip inipun yang selalu di bawa dalam setiap pertandingan. Kita sering mendengar istilah sebelum pemain bertanding: “nikmati permainan, bermainlah lepas, tanpa beban dan tekanan”. Terus saja menggiring bola, jangan banyak berpikir, ragu-ragu dan takut. Karena irama bola akan mengikuti langkah dan insting yang sudah dibangun dari kerja keras dan latihan setiap hari. Terus lari, tendang dan fokus pada target (gol). Berapapun jumlah golnya itu soal bonus. Tidak perlu berkecil hati saat melakukan pelanggaran dan mendapat kartu kuning. Tidak perlu marah saat kena tackle lawan hingga jatuh atau bahkan cedera. Tidak apa-apa menangis di tengah lapangan jika kalah, tapi harus segera bangkit karena masih banyak pertandingan-pertandingan lainnya.

Ya, seperti itulah siklus hidup, sama seperti bermain sepak bola. Kadang melakukan kesalahan, kadang kesakitan, kadang menangis jika kalah, kadang kecewa pada teman satu tim, tapi juga harus segera bangun dan lari lagi jika jatuh. Semua itu adalah permainan, yang ada waktu selesainya, yang cukup kita jalani dengan menikmatinya.

Menjalani pekerjaan seperti pemain sepak bola memilih jalan hidupnya karena cinta, apapun konsekuensinya. Dan menjalani masalah seperti menghadapi pertandingan sepak bola, cukup menikmati permainannya, dan menunggu peluit wasit tanda pertandingan selesai 😊

Komentar